Traveling
buat saya adalah sebuah
kegiatan yang seharusnya menyenangkan, namun terkadang kegiatan yang harusnya
menyenangkan ini bisa berubah menjadi tidak menyenangkan kalau kita salah
memilih teman perjalanan atau travel
partner. Travel partner itu ibarat backpack, kalau salah milih backpack
buat traveling tentu perjalan kita bakal jadi nggak nyaman apalagi backpack
yang kita pakai bakal kita bawa kemana-mana bahkan terkadang untuk perjalanan
yang jauh dan melelahkan. Kalau sudah capek, bukan tidak mungkin backpack yang
kita bawa bisa dipake buat bersandar atau bantal ketika tidur. Nah, itulah
mengapa travel partner saya ibaratkan dengan backpack.
Beberapa kali traveling dengan
travel partner yang berbeda-beda membuat saya jadi belajar, baik dalam memilih
travel partner yang tepat maupun lebih fleksibel ketika traveling. Saya sendiri
dalam memilih travel partner memang tergantung tujuan ketika melakukan
traveling, biasanya kalau akan berwisata ke tempat yang jauh dan bener-bener
mau exprlore sebuah tempat, saya memang memilih orang yang memang sudah
terbiasa atau paling nggak, seneng jalan-jalan. Kalau memang harus traveling
dalam group, biasanya saya lebih memilih dengan teman-teman dekat saya,
meskipun nggak semua orang dalam group enak buat diajak jalan-jalan, senggaknya
saya ngerti karakter mereka dan kalo traveling kayak gini biasanya saya jadi manuter
alias lebih sering manut atau ngikut kemanapun. Sejauh ini cuman dua orang yang
menurut saya paling enak diajak traveling, yaitu Lele dan Daniel, sedangkan
kalo traveling rame-rame tetap teman-teman kampus yang seangkatan.
|
saya dan lele di Toraja |
Saya dan Lele di tahun 2012
ngebolang ke Sulawesi Selatan, kebetulan waktu itu ada promo dari merpati yang
akhirnya membuat saya dan Lele gatel buat pengen beli. Waktu itu pilihan kami
ke NTT atau Makassar, tapi namanya tiket promo yaaaa, perjuangan buat bisa
kebeli ya juga harus luar biasa, dan setelah beberapa kali gagal ngebooking
akhirnya saya dan Lele dapat tiket ke Makassar (Link cerita makassar dan
Toraja). Buat saya sendiri, Lele memang travel partner yang tepat kalau diajak
blusukan terutama ke tempat wisata alam, soalnya dia anak kehutanan yang super
macho dan ogah ribet. Iya, Lele memang orangnya sangat
nggak mau ribet, kalo kemana-mana bawaannya dikit, ringkes dan nggak rempong
harus gini gitu. Jalan-jalan dengan Lele juga fleksibel banget, sewaktu di
Toraja kami memang belum booking penginapan dan sebelum ke Toraja kami hanya
ketemu sekali buat ngomongin itinerary. Ketika sampai di Toraja, dengan peta daerah
Toraja, kami naik motor ke tempat-tempat yang menurut kami memungkinkan untuk
didatangi, karena waktu yang terbatas dan juga cuaca yang kurang mendukung.
Selain ogah ribet, hal yang paling saya suka dari Lele adalah, dia nggak suka
belanja. Saya sendiri terkadang masih sering berburu kerajinan tangan khas
suatu daerah yang saya datangi, tapi jalan-jalan dengan Lele memang bikin napsu
buat beli ini itu jadi menurut, dan itu tentu baik buat kesehatan kantong saya.
Satu-satunya hal yang nggak enak kalo sama lele, cuman dia itu bangunnya suka
siang, jadinya mau kemana-mana pasti rada siangan berangkatnya.
Daniel
|
saya dengan daniel,toby dan shri |
Beberapa waktu lalu saya dan
beberapa orang teman ke Bromo salah satu diantaranya adalah Daniel. Selama
punya beberapa teman yang berasal dari Jerman, Daniel adalah orang Jerman yang
paling-nggak-kayak Jerman. Iya, dia super nyantai, kadang ngaret, dan super
sekali toleransinya. Ketika ke Bromo temen Daniel, namanya Toby juga ikut dan
si Toby ini ngaku sendiri dia Jerman banget. Ketika ke Bromo ada kejadian supir
bis kami dari Probolinggo ke Cemoro Lawang nyoba nipu kami dan itu buat si Toby
jadi beneran marah, dia bilang mending bayar mahal dari pada ditipu (cerita
tentang bromonya, nyusul yak). Nah, ketika si Toby marah-marah si Daniel dengan
santai dan tenang ngomong ke si Toby buat lebih tenang dan nggak marah-marah,
sedangkan turis yang sebis dengan kami juga ikutan ngomel-ngomel ke si supir. Selain
itu nggak ribet, Daniel juga orangnya fleksibel mau makan apa aja oke, mau
kemana aja oke, asal jangan ke mall. Tapi, jangan kira selalu enak jalan-jalan
sama Daniel, nggak enaknya dia itu doyan jalan kaki, kemana-mana maunya jalan
kaki, jadi kalo jalan sama dia dijamin pasti diajakin jalan kaki.
Teman-teman kampus
Selain Daniel dan Lele, travel
partners yang enak diajak kemana-mana adalah cowok-cowok KPJ (alias temen-temen
cowok di kampus). Tahun 2011, saya ke Karimunjawa dengan 9 orang teman kampus,
yang semuanya cowok. Iya, jalan dengan cowok itu lebih enak dibanding jalan
dengan cewek, terutama cewek yang ribet. Traveling
dengan cowok itu enak, selain nggak ribet mereka lebih nyantai dan nggak
panikan, saya yang sebenarnya rada panikan jadi ikut kebawa santainya ketika
jalan-jalan dengan mereka. Tapi, kalau nanya ke mereka pasti mereka kesel dengan
saya sewaktu di Karimunjawa huahaha *evil laugh*, soalnya ketika di homestay,
saya milih kamar dengan kamar mandi di dalam, dan kamar yang saya tempati
sebenarnya bisa buat tiga orang, tapi nggak mungkin dong saya gabung dengan
mereka, akhirnya mereka tidurnya dempet-dempetan di kamar lain dan ada beberapa yang tidur di
ruang tamu *maap maap yaa, tapi seperti kata beyonce “who run the world?
GIRLS!” hehe*. Tapi jalan-jalan dengan
cowok-cowok nggak selalu enak ada juga nggak enaknya, salah satunya harus
terlibat atau paling nggak dengerin obrolan cowok yang pada umumnya rada mesum
dan mau nggak mau harus siap jadi bahan ledekan. Oh ya, selain cowok-cowok di
kampus, teman-teman cewek juga enak buat diajak jalan-jalan karena anak-anak
geografi emang dasarnya pada doyan kelayapan jadinya selalu seru kalau sama
mereka.
Nah, selain traveling dengan
mereka, saya juga pernah beberapa kali dapat travel partners yang nyebelin,
mulai dari yang doyan belanjanya level dewa sampai yang banyak maunya, kalau
sudah ketemu dengan orang seperti itu, biasa kalo nggak misah dengan mereka
paling saya jadi ngikut aja daripada berantem trus buat semua jadi nggak nyaman
dan liburan atau traveling jadi nggak menyenangkan dan bubar jalan,
hitung-hitung melatih kesabaran. Jadi, pintar-pintarlah memilih travel partner
dan jadilah orang yang lebih fleksibel kalau mau perjalanan kalian ke sebuah
tempat tetap menyenangkan.