Makassar adalah salah satu kota yang sudah beberapa
kali saya datangi. Bulan September lalu saya berkesempatan untuk datang lagi ke
Kota Angin Mamiri ini. Berbeda dengan kedatangan saya sebelum-sebelumnya yang
hanya untuk liburan bareng keluarga, kali ini saya ke Makassar untuk
jalan-jalan tanpa keluarga. Sebelum lebaran, saya dan Lely, teman saya ketika
KKN berencana untuk traveling bersama di Makassar dan Toraja. Kenapa Makassar??
Sebulan sebelum lebaran, ada salah satu maksapai penerbangan yang lagi promo
gila-gilaan untuk penerbangan ke daerah timur, untuk penerbangan ke beberapa
daerah harga tiket kurang dari Rp 200.000. Saya dan Lely pun akhirnya berburu
tiket ke daerah timur, dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya Makassar jadi
daerah tujuan kami. Kami mendapat tiket untuk Makassar-Yogyakarta seharga Rp
170.000. Karena waktu yang kami tentukan adalah setelah lebaran, jadi saya
terbang dari Ambon ke Makassar dan Lely terbang ke Makassar melalui Jakarta
dengan maskapai penerbangan dan harga tiket yang sama yaitu Rp 170.000. Lely
tiba beberapa hari di Makassar sebelum saya, jadinya dia sempat untuk ke
beberapa tempat wisata di Makassar. Sesampainya di Makassar, saya menginap
sehari di tempat saudara saya dan besoknya saya langsung janjian untuk bertemu dengan
Lely. Biar lebih leluasa jalan-jalannya saya dan pun menginap di kontarakan
teman saya Nutri. Saya memang mempunyai beberapa sanak saudara yang tinggal di
Makassar, tapi udah pada tahu kan kalo tinggal ama saudara itu pasti ga bisa
sesantai tinggal ama temen. Sebenarnya saya tidak terlalu tertarik untuk menjelajahi kota
Makassar, saya sudah beberapa kali ke kota ini, dan saya lebih tertarik untuk
secepatnya ke Toraja, ketimbang jalan-jalan keliling kota Makassar. Ketika di
Makassar saya mengunjuingi beberapa tempat wisata yang ada di Makasar, yaitu :
Bantimurung
Bantimurung adalah salah satu objek wisata yang
cukup terkenal di Sulawesi Selatan. Bantimurung merupakan taman nasional yang
juga merupakan lokasi objek wisata
Letaknya di Kabupaten Maros,
sekitar 1 jam dari pusat kota Makassar, itupun kalo gak macet. Untuk sampai ke
Bantimurung, saya dan Lely naik pete-pete dari Tamalanrea, ke terminal daya,
dan kemudian dilanjutkan ke pasar Maros, dan lanjut naik pete-pete ke
Bantimurung. Saat dalam pete-pete menuju Bantimurung dari pasar Maros, kami
ditawari supir pete-pete untuk diantar sampai ke dalam Taman Nasional
Bantimurung, dengan membayar Rp 5000, per orang, tapi karena dalam pete-pete
ada banyak penumpang lainnya saya dan Lely akhirnya cuman sampai depan gerbang
masuk utama TN Bantimurung. Kami pun mengikuti signage yang ada, yang menuntun
kami ke Taman kupu-kupu, niatnya sih maunya masuk ke taman kupu-kupu tersebut,
namun loket penjualan tiket kosong, dan begitu sepi. Akhirnya kami pun meninggalkan
taman tersebut dan jalan kaki ke lokasi wisata air terjun yang ada di TN
Bantimurung. Dari gerbang utama ke lokasi wisata air terjun Bantimurung kami
jalan kaki sekitar 2km, si Lely sih seneng-seneng aja, dia udah biasa ngesot
dari kosnya kemana-mana, nah saya? ngos-ngosan dong!
|
Gerbang utama Taman Nasional Bantimurung, sayang mau pilkada jadi yaa...bisa liat sendiri kan.. |
Si Lely lagi girang bener pose di depan patung saudaranya :) |
Signage untuk masuk ke Taman Kupu-Kupu |
Taman Kupu-Kupu |
Sampai di lokasi wisata air terjun Bantimurung, saya sama Lely langsung cari makan, yaa tapi ujung-ujungnya cuman ketemu bakso doang. Setelah makan bakso kami liat-liat ke toko oleh-oleh khas bantimurung yang hampir semuanya adalah kupu-kupu yang diawetin yang dijadiin gantungan kunci , bross, sampai dipigura. Kupu-kupu yang dijual beragam, mulai dari warna sampai ukuran. Harganya juga mulai dari ribuan, sampe ratus ribuan. Saya sempat bertanya kepada mbak penjual oleh-oleh, "apa gak habis kupu-kupu di taman nasional ini kalau ditangkap buat dijadiin oleh-oleh gini??", "gak mbak, ini kan kupu-kupu liar yang kami tanggkap diluar area taman nasional atau kupu-kupu yang telah mati". Entah itu jawaban yang jujur atau gak, tapi saya menyesal membeli banyak gantungan kunci dari kupu-kupu yang diawetkan itu, lebih menyesal lagi setelah sampai di Jogja, ketika ngasih ke seorang teman dan dia bilang, jahat banget sih kupu-kupu di awetin kayak gini.
Air Terjun Bantimurung |
Bantimurung |
Bantimurung |
Untuk masuk ke dalam objek wisata T.N Bantimurung
akan dikenai biaya tiket masuk sebesar hmm, kalo ga salah 10ribu atau 15ribu
*maaf, lupa*. Nah, ada beberapa objek wisata yang bisa kita
nikmati di tempat ini, antara lain menikmati indahnya air terjun, berenang di
sekitar lokasi air terjun, bisa
juga piknik bareng keluarga di sekitar air terjun, menelajahi Goa Batu yang
lebih dikenal dengan nama goa mimpi, dan ada juga yang menyebutnya goa jodoh,
saya gak tahu kenapa sampai bisa disebut dengan Goa Mimpi atau Goa Jodoh. Sebelumnya
saya berencana untuk masuk ke dalam Goa Batu, namun karena hari semakin sore,
dan kami takut akan kesulitan untuk mencari pete-pete maka saya dan Lely hanya
berkeliling sebentar dan duduk menikmati keindahan air terjun Bantimurung yang
saat itu tidak terlalu ramai pengunjung.
Benteng Fort Rotterdam
Beberapa kali saya ke Makassar baru kali ini saya
tertarik untuk mengunjungi Benteng Rotterdam yang merupakan salah satu ikon
wisata Kota Makassar. Benteng ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan
Gowa yang dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9. Salah satu tujuan saya ke tempat ini
adalah untuk mengunjungin Museum La Galigo yang berada dalam kompleks benteng
Fort Rotterdam ini, namun saya kurang beruntung karena datang pada waktu yang
tidak tepat, di sore hari ketika museum tersebut telah tutup. Selain sebagai
tempat wisata, tempat ini juga digunakan sebagai ruang publik untuk bersantai
di sore hari bagi masyarakat Makassar. Sewaktu disana, saya bertemu dengan
sepasang calon pengantin yang melakukan foto prewedding dengan menggunakan baju
khas Makassar, saya pun langsung minta untuk berfoto bersama mereka. Karena hari semakin sore, saya pun memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.
Fort Rotterdam |
Gedung E Benteng Fort Rotterdam |
Bersantai di dalam kompleks Benteng |
Pantai Losari
Setelah dari Fort Rotterdam saya menyempatkan untuk
mencari makanan kesukaan saya di Pantai Losari, pisang epek. Beberapa kali saya
ke Makassar, jujur saja saya tidak begitu tertarik untuk berlama-lama di salah
satu tempat yang menjadi landmark kota Makassar ini. Setelah sampai di pantai
Losari saya langsung memesan satu porsi pisang epe atau yang di Ambon dikenal
dengan pisang gepe. Setelah saya memesan pisang epe, saya langsung mencari tempat duduk dan tidak lama
kemudian pisang pesanan saya pun datang dan langsung saja saya melahap pisang
epe sembari menikmati senja di Pantai Losari.
No comments:
Post a Comment